CONTOH PENERAPAN SMART CITY
CONTOH PENERAPAN SMART CITY
Tokyo
dan Yokohama (Jepang)
Dalam sekali
peluncuran indeks kota pintar versi CIMI saja, Jepang mampu memunculkan
dua kota dalam jajaran 10 terbaik smart city dunia, yakni Tokyo dan
Osaka. Bahkan dalam setiap hasil survei terkait predikat kota pintar, Negeri
Sakura seakan tak pernah absen untuk menyertakan salah satu dari kota yang
dimiliki. Tokyo bisa menjadi smart city karena kekuatan transportasinya
Selain Tokyo, Osaka
dan Yokohama. Jepang juga memiliki Toyota Smart City. Kota cerdas yang
dibangun oleh perusahaan otomotif raksasa itu pada akhirnya mampu memberikan
sumbangsih untuk persoalan populasi, transportasi publik, industri, pendidikan,
juga lingkungan hidup
New York (Amerika Serikat)
Demi mewujudkan gagasan smart city, kota indah di Amerika Serikat (AS) ini menjalin kerjasama dengan IBM pada tahun 2009 dengan membuka Busines Analytic Solution Center. Melalui pusat analisis ini, warga setempat bisa dengan leluasa mengambil langkah-langkah strategis dalam urusan bisnis.
Selain persoalan bisnis, New York juga memberikan jaminan terhadap keamanan dan kenyamanan penduduknya. Masih atas bantuan IBM, warga kota terhubung secara otomatis dengan tim pencegah kebakaran dan kelompok tanggap darurat. Bahkan, dalam urusan yang lebih spesifik, New York juga membantu identifikasi klaim asuransi yang dianggap mencurigakan dan disinyalir akan merugikan warganya.
Copenhagen (Denmark)
Sejak 2009 lalu, Copenhagen dijuluki sebagai kota hijau di Eropa versi Siemens AG. Lima tahun kemudian, yakni tahun 2014, kota ini juga mendapatkan predikat yang sama dari Europan Green Capital. Kota dengan jumlah penduduk kawasan urban sebesar 1.263.698 jiwa ini memiliki komitmen untuk melakukan penetralan emisi karbon hingga tahun 2025. Oleh karena itu, tak mengagetkan jika berdasarkan data Pemerintah Kota Copenhagen, sekitar 36% penduduk di sana senantiasa bersepeda saat menuju tempat kerja, universitas atau untuk sekadar berekreasi.
Selain dengan membudayakan penggunaan kendaraan ramah lingkungan, ambisi Copenhagen sebagai kota hijau juga didukung dengan adanya Green Technology, Intelligence Street Lighting, serta pemanfaatan solar panel untuk energi publik. Copenhagen juga telah menerapkan konsep teknologi informasi yang terintegrasi. Guna memadukan tradisi bersepeda dan gagasan pemanfaatan teknologi informasi, pemerintah kota setempat melakukan kerjasama dengan MIT untuk membuat The Copenhage Wheel. Melalui teknologi ini, sebuah sepeda hybrid diciptakan dengan dilengkapi sensor untuk mengukur polusi, kemacetan lalu lintas, dan kondisi jalanan.
Sejak 2009 lalu, Copenhagen dijuluki sebagai kota hijau di Eropa versi Siemens AG. Lima tahun kemudian, yakni tahun 2014, kota ini juga mendapatkan predikat yang sama dari Europan Green Capital. Kota dengan jumlah penduduk kawasan urban sebesar 1.263.698 jiwa ini memiliki komitmen untuk melakukan penetralan emisi karbon hingga tahun 2025. Oleh karena itu, tak mengagetkan jika berdasarkan data Pemerintah Kota Copenhagen, sekitar 36% penduduk di sana senantiasa bersepeda saat menuju tempat kerja, universitas atau untuk sekadar berekreasi.
Selain dengan membudayakan penggunaan kendaraan ramah lingkungan, ambisi Copenhagen sebagai kota hijau juga didukung dengan adanya Green Technology, Intelligence Street Lighting, serta pemanfaatan solar panel untuk energi publik. Copenhagen juga telah menerapkan konsep teknologi informasi yang terintegrasi. Guna memadukan tradisi bersepeda dan gagasan pemanfaatan teknologi informasi, pemerintah kota setempat melakukan kerjasama dengan MIT untuk membuat The Copenhage Wheel. Melalui teknologi ini, sebuah sepeda hybrid diciptakan dengan dilengkapi sensor untuk mengukur polusi, kemacetan lalu lintas, dan kondisi jalanan.
Komentar
Posting Komentar